Wanita Tertabah  Di Muka Bumi

Ini wanita paling tabah di muka bumi yang pernah saya temui. Ketabahan dan semangatnya menjadi inspirasi bagi banyak orang di sekitar.

Ibunya terkena stroke. Tidak bisa berjalan, lumpuh sebagian besar tubuhnya. Tentu membutuhkan perawatan ekstra. Dia bersedia ketempatan untuk merawat ibu. Tiap hari ibunya dimandikan, disuapi, dimiring-miringkan badannya agar keringat di punggung dapat kering. Punggung basah akan menimbulkan luka yang lama sembuhnya. Bagi yang pernah merawat orang tua stroke, pasti tahu rumus ini.

Ditambah lagi ibunya ini termasuk tipe rewel. Yang banyak berkomentar untuk tiap masalah sepele. Kadang bertanya waktu, “Jam berapa ini?”

Dijawab, “Jam sepuluh lewat lima menit, Ibu.”

Dua menit kemudian bertanya lagi, “Jam berapa ini?”

Dijawab, “Jam sepuluh lewat tujuh menit.”

Tiga menit kemudian bertanya lagi, “Jam berapa ini?”

Kalau tidak dijawab ibunya akan marah. Ngomel panjang pendek sepanjang hari.

“Ke mana suamimu?” ibunya bertanya.

“Lagi di kantor, Ibu”.

Dua menit kemudian, “Suamimu ke mana?”

“Di kantor, Ibu”.

Sang anak tetap sabar menjawab semua pertanyaan ibunya, walau sudah ditanya ratusan kali.

Menjaga ibu saja sudah repot setengah mati. Menguras segala tenaga, pikiran, emosi. Ditambah lagi mengurus ayah yang terkena dimensia akut. Sudah lupa semua yang dulunya dipelajari. Nama anak pun lupa. Bahkan wajah anaknya pun tidak ingat sama sekali. Sering anaknya ditanya, “Kamu siapa?”

Tiap hari ayahnya duduk di depan televisi. Sepanjang hari. Harus selalu diingatkan untuk makan, minum obat, mandi, ganti baju. Kencing dan BAB di tempat sehingga harus selalu dibersihkan.

Ditambah lagi satu anak laki-laki kena autis berat.  Sudah berumur 17 tahun tapi memakai baju saja harus dipakaikan. Kadang malah tidak mau pakai baju. Atau tidak mau pakai celana. Bertelanjang ke mana-mana. Membuat orang tuanya mengurung dia di dalam rumah. Harus ekstra sabar dan telaten dalam menghadapi. Kalau tidak, anaknya bisa marah-marah, berteriak-teriak dan melempar barang apa pun di dekatnya.

Tiga orang dengan tiga penyakit harus dirawat wanita tabah ini. Satu saja sudah merupakan beban berat yang tidak dapat ditanggung sembarang orang. Saya tidak bisa membayangkan tiga.

Dan wanita ini sendiri mengidap kanker payudara dalam 6 tahun terakhir. Setelah 3 tahun diobati, diputuskan untuk operasi diambil payudaranya. Tentu depresi. Walau bagaimana, sebagai wanita bagian tubuh adalah salah satu daya tarik.

Setelah dioperasi ternyata masih ada kanker tersisa. Harus menjalani kemoterapi dan radiasi. Tentu sangat tidak menyenangkan. Tiap habis kemo, nafsu makan turun drastis. Perut mual. Tenggorokan kering. Bahkan menelan air terasa sakit. Badan kurus kering. Rambut botak karena rontok.

Paket kemoterapi 6 kali sudah dijalani. Ternyata sekarang paru-paru kemasukan air. Harus disedot dengan operasi. Tiga pekan terbaring lemas di rumah sakit akibat operasi ini. Ketika pulang, tidak dapat tidur berbaring. Tidur harus duduk. Karena berbaring menimbulkan sakit di dada di tempat bekas operasi.

Beberapa bulan kemudian diperiksa lagi. Ternyata kanker sudah menjalar juga ke paru-paru. Maka harus menjalani radiasi. Kemudian kemoterapi lagi. Terakhir, kanker menjalar juga ke otak.

Dengan segala permasalahan itu, ketika kami bertemu dia masih tetap bersemangat. “Harus semangat, tidak boleh ogoh,” katanya. Ogoh adalah manja dalam bahasa Sunda.

“Walau semua makanan terasa tidak enak, harus dipaksa makan. Tubuh membutuhkan energi, dan energi itu datang dari makanan. Pokoknya tidak boleh ogoh, harus mau makan,” kata dia menjelaskan. Kami yang melihatnya hampir menangis, sementara dia sendiri tetap tersenyum manis.

Dia urus BPJS sendiri. Dipelajari sistemnya, dipelajari syarat-syaratnya. “Alhamdulillah, semua pengobatan gratis. Ini karena saya mengikuti semua prosedur BPJS. Bagus kok BPJS itu,” komentarnya untuk BPJS. Sangat jarang saya mendengar orang memuji BPJS secara tulus seperti wanita ini.

Dia tidak pernah mengeluh. Semua orang tahu kanker itu sakit dan nyeri. Tapi wajahnya selalu diliputi senyum cerah. Bicara bersemangat di setiap kata. Bahkan yang tidak sakit pun kalah semangat dengannya. Dia menceritakan pengalaman menjalani kemo seperti bercerita pergi ke super market, membeli roti kemudian kembali pulang. Sangat enteng. Tanpa beban tanpa keluhan. Sementara saya tahu betapa berat menjalaninya.

Tahun lalu ibu yang dirawatnya meninggal. Setahun kemudian disusul ayahnya. Dan wanita tabah ini menyusul menghadap Allah swt dua hari setelah ayahnya meninggal. Dia berpulang setelah menyelesaikan tugas berat merawat kedua orang tuanya.

Masih ada tugas tersisa, yaitu merawat anak laki-laki yang autis. Ah, biarlah ini menjadi tanggung jawab suami. Bagi-bagi pahala lah.

In memoriam, my tough, inspiring relative in Cinere.

Pamulang, Januari 2020

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *