Saya dulu punya laptop setia. Lebih dari sepuluh tahun bersama. Semua data di sana, semua dokumen tersimpan rapih dan tertata. Sungguh dia adalah penjaga yang terpercaya.
Apesnya, satu saat laptop setia itu dicuri orang. Semua data hilang. Owa… Backupnya di flash disk ikut terbawa juga. Soalnya barusan dipakai dan masih tertancap di USB laptop. Owa banget… Nangis Bombay ga karuan, nyesel setengah jantungan. (Lihat Kehilangan Laptop)
Terpaksa dengan memaksa diri membeli laptop baru. Biarpun dana terbatas, tapi pekerjaan menuntut harus punya. Laptop yang lama tebal dan berat, namanya juga model lama. Laptop baru ringan, tipis, mudah dijinjing.
Beberapa bulan kemudian saya dapat kerja di tempat lain. Di tempat kerja baru saya sering naik turun tangga membawa laptop. Baru kemudian saya berterima kasih pada pencuri laptop. Coba kalau saya masih punya laptop lama, alangkah beratnya naik turun tangga ini. Laptop lama yang dulu teman setia saya itu, masih bagus untuk dipakai. Sehingga saya tidak akan berpikir untuk membeli yang baru. Semua masih berjalan baik. Monitor, keyboard, hard disk, CPU, memory. Satu-satunya yang rusak adalah baterai. Sudah zoak kata orang, tidak bisa lama tanpa dicolok ke listrik. Normal. Setelah 10 tahun kita tidak bisa berharap baterai masih tetap bagus. Selain baterai, semua berfungsi baik.
Maka alangkah sayangnya membuang barang bagus. Akibatnya saya akan naik turun tangga dan berjalan ke mana-mana membawa beban berat. Apalagi saya punya hernia. Bisa-bisa hernia sering kumat. Lutut juga lebih cepat aus. Pundak bisa keseleo. Dan lain-lain penyakit otot akan bermunculan. Maklum saya bergelar S2 (Sudah Sepuh), sebentar lagi S3 (Sudah Sangat Sepuh). Maka, alhamdulillah laptop lama dicuri. Laptop baru cukup ringan dijinjing. Bisa dibawa ke mana-mana dengan tidak sangat membebani.
***
Ada orang ketinggalan pesawat. Saat itu dia menyesal bukan main. Tapi ternyata di berita dua jam kemudian, pesawat itu terkena kecelakaan, terjatuh. Semua penumpang tewas. Dari menyesal, penumpang ketinggalan tersebut menjadi bersyukur setengah mati.
***
Di suatu pertemuan ada yang tidak kebagian makan. Dengan menggerutu dia keluar mencari makan sendiri di warung. Beberapa jam kemudian semua yang makan di pertemuan tersebut ternyata sakit perut. Mungkin ada makanan yang sudah busuk dihidangkan. Beruntunglah yang tidak ikut makan hidangan. Dia terbebas dari sakit perut akibat keracunan. Dari menggerutu menjadi merasa beruntung.
***
Ada skenario indah Sang Pencipta di tiap kejadian. Tidak ada kejadian kebetulan. Semua sudah ada di script Sang Pencipta. Skenario ini baru kelihatan apiknya di akhir. Benar, semua akan kelihatan indah pada akhirnya. Terutama bagi para penyabar dan orang-orang yang mau memperhatikan.
Ada seorang ibu menyulam lukisan di kain kruistik. Anaknya yang kecil melihat dari bawah dan tidak melihat adanya lukisan itu. Dia bertanya pada ibunya: “Ibu sedang bikin apa sih?” Ibunya menjawab: “Sedang membuat lukisan pemandangan”. Anaknya mengatakan: “Kok kayak gitu sih. Ga kelihatan pemandangannya. Gambarnya semrawut banget”. Ibunya hanya tersenyum saja mendengar protes anaknya. Tiap hari anaknya melihat sulaman ibunya dari bawah dan dia terus menerus memprotes bahwa dia tidak bisa melihat lukisan yang katanya pemandangan.
Sampai sebulan kemudian, ketika ibunya sudah selesai, diperlihatkan lukisan itu kepada anaknya. Barulah anaknya bisa melihat lukisan kain itu dari atas. Dan terlihatlah pemandangan yang sungguh indah mentakjubkan. Anak itu berkata: “Whoaaah…. Bagus sekali, ibu. Pemandangannya sangat indah. Ada gunung, danau, hutan, bunga yang berwarna warni. Aku suka sekali lukisan ini, bu”. Ibunya hanya tersenyum.
Itulah skenario Sang Pencipta. Percayalah, ada skenario yang sudah disiapkan untuk kita. Dan itu akan terlihat indah di akhir. Kita perlu bersabar untuk bisa melihatnya. Bila sekarang belum terlihat indah, tuangkan lagi porsi kesabaran anda.
Pamulang, April 2018
One thought on “Semua Akan Indah”