Semangat Keingintahuan

Teman punya anak kecil. Sudah mulai bisa berjalan, dan sangat aktif. Tiap sesuatu dipegang, diambil. Kadang dimakan, kadang dilempar. Kadang dipukulkan ke benda lain. Yah, begitulah anak kecil. “Itu boneka panda”, ibunya menjelaskan. “Ini sandal. Eh, jangan dimakan. Kotor”. ”Ini jam tangan mama. Waduh, kok dibenturkan ke kaca. Jangan, nak. Nanti pecah.” Ibunya repot menerangkan dan mencegah anaknya . “Ini kucing, nak. Kalau yang itu anjing”.

Anak kecil belajar banyak. Jika kita pikir lebih dalam, apa yang membedakan antara kucing dengan anjing? Bukankah sama-sama berkaki empat? Sama-sama berbulu? Sama-sama berekor?

–oOo–

Bayi dilahirkan polos tanpa ilmu apapun. Tidak tahu mana kucing mana anjing. Mana timun mana sabun. Mana rendang mana batu karang. Kemudian dia mulai mengamati. Dilihat teliti. Diraba dengan tangan untuk merasakan tektur permukaan. Oh, yang namanya kucing itu lembut, dan batu itu kasar. Diangkat dan dirasakan beratnya. Dibolak-balik, dilihat dari sisi kanan, kiri, depan, belakang, atas, bawah. Terus dimasukkan ke mulut. Rupanya dia tahu lidah juga termasuk dari 5 panca indra. Bisa merasakan kasar lembut, manis asin. Gigi (atau gusi kalau belum punya gigi) membantu dengan memberikan perbedaan keras dan lunak. Yang lunak bisa dipotong dengan gigi, yang keras tidak bisa.

Kadang benda dibenturkan ke benda lain untuk tahu kuat tidaknya. Atau dilempar. Di samping ingin tahu keras empuknya, kuat lemahnya barang, sekali gus untuk melihat seberapa jauh bisa terlempar. Ini menimbang berat ringannya benda. Ini juga untuk melatih otot tangan, kaki, badan dengan lemparan itu. Juga sinkronisasi mata – otot, apakah dapat melempar barang ke arah tujuan.

Sayang anak umur segitu belum bisa memakai alat . Jika bisa, niscaya pengamatannya akan lebih teliti. Dengan presisi yang lebih akurat. Bukan “berat” atau “ringan” tapi 11,71 kg dibandingkan 0,27 kg.

–oOo–

Secara prinsip, pengamatan anak kecil itu sudah sangat ilmiah. Dengan pengamatan itu sedikit demi sedikit dia mendapatkan pola atau pattern mengenai segala hal di dunia. Dan tahukah anda apa yang paling penting dalam matematika? Bukan aljabar tambah kurang kali bagi. Bukan geometri garis lurus garis lengkung atau bentuk lingkaran. Bukan kalkulus integral diferensial. Tapi pengenalan pola yang berulang.

Bayi tidak tahu apa-apa. Namun diberikan kemampuan belajar. Otak secara teori – katanya lho – terdiri dari neuron dan dendrit. Neuron itu semacam memori di komputer, di mana kita bisa menyimpan segala ingatan tentang satu hal. Dendrit adalah saluran penghubung antar neuron. Satu neuron bisa terhubung ke banyak neuron lain dengan dendrit. Menurut ahli kesehatan, ada sekitar 100 milyar neuron dalam otak manusia. Jika ada neuron sejumlah itu di otak, bisa dbayangkan berapa jumlah dendrit. Berlipat kali dari 100 milyar.

Jika ada hewan berkaki empat, berbulu, mengeong, berjalan , mata bulat, itu adalah kucing. Dendrit menghubungkan banyak neuron yang merupakan ciri-ciri ke satu neuron yaitu “kucing”.

Makin lama, makin banyak neuron terisi dan makin banyak dendrit tumbuh menghubungkan antar neuron. Sehingga ketika besar, kita tahu itu adalah “kucing”. Karena banyaknya dendrit yang menghubungkan ciri-ciri ke konsep “kucing”. Barangkali dendrit ini hanya searah. Karena kalau ditanya apa ciri-ciri kucing, kita agak kesulitan menjawab.

Mari kita coba. Apa ciri-ciri kucing? Hewan berkaki empat. Berbulu. Mengeong. Punya ekor. Nah, kalau tidak berekor? Ya, tetap kucing. Berarti tidak perlu punya ekor? Hmm… Ya, tidak perlu. Nah, kalau sama-sama diam, bagaimana membedakan kucing dari anjing? Bukankah sama-sama berkaki empat dan berbulu? Oh, mukanya beda. Anjing hidungnya mancung ke depan. Kucing mukanya rata. Oh, jadi tambah lagi ciri-cirinya? Ya.

Bedanya dengan singa? Rambut di kepala, singa punya rambut panjang di kepala tapi kucing tidak. Kalau singa betina? Iya juga sih, singa betina tidak punya rambut di kepala. Warnanya mungkin. Singa hanya satu warna, kucing punya banyak warna. Kalau dengan harimau? Ukurannya. Jelasnya? Harimau besar, kucing kecil. Seberapa besar dan seberapa kecil? Kalau harimau bayi disebut kucing tidak?

Dan ternyata makin panjang daftar ciri-ciri kucing ini. Dan anak kecil harus belajar semua ciri-ciri ini untuk bisa mengatakan itu adalah kucing.

Si jenius bayi mempelajari ciri-ciri segala hal dalam waktu tergolong singkat. Tidak hanya kucing. Dia bisa mengidentifikasi itu adalah anjing, kecoa, semut, nyamuk, mama, papa, roti, susu, air, dan ratusan benda lain dalam waktu singkat. Dengan puluhan ciri-ciri masing-masing yang tidak tertukar. Neuron dan dendritnya dengan cepat terisi dan bekerja sama.

Isn’t amazing? Indeed.

Hendaknya semangat belajar ini menular  ke bapak dan emaknya lagi. Yang dulu waktu bayi punya jiwa dan semangat serupa. Semangat keingintahuan. Masih ingat?

Pamulang, Juli 2019

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *