Kami berlangganan internet di rumah. Satu saat saya lupa membayar tagihan internet. Tak ampun koneksi internet diputus Telkom. Owa….
Anak-anak tadinya tidak tahu. Dan beramai-ramai menyalahkan Telkom yang tidak memberikan pelayanan prima. Ketika tahu saya belum membayar tagihan, mereka berbelok, beramai-ramai menghujat saya. Saya bersilat lidah. “Lho, saya tidak melakukan apa-apa kok. Kenapa saya dihujat?” Anak-anak tetap memprotes: ”Abi tidak membayar tagihan internet.” Saya berkelit: “Sudah saya katakan, saya tidak melakukan apa-apa. Masak orang tidak melakukan apa-apa disalahin?” Anak-anak melotot., tanda mereka tidak puas dan tetap menyalahkan saya.
***
Suatu hari saya mencoba berpuasa hari Senin. Tidak makan minum dari fajar sampai maghrib. Ketika memikirkan hal ini, datanglah pencerahan bagi saya. Seharian tidak makan minum kenapa dijanjikan pahala besar bagi orang berpuasa? Bukankah dia tidak melakukan apa-apa? Tidak seperti sholat, haji, sedekah, menolong orang, dan sebagainya. Puasa itu tidak melakukan apa-apa. Tapi kok bisa dapat pahala?
***
Anak saya kuliah. Sudah semester 7. Satu bulan ke depan dia harus ikut ujian komprehensif, yaitu ujian keseluruhan mata kuliah. Tapi dia kelihatan santai saja. Tidak pernah kelihatan belajar. Umminya marah-marah. ”Kamu itu mau kompre kok tidak pernah belajar sih?” Anaknya menjawab ringan: “Ya, nanti nanti”. Umminya makin ngomel: “Nanti-nanti kapan? Kompre itu materinya banyak. Tidak akan cukup kalau belajar hanya sehari”.
Anak saya diam saja. Tetap duduk santai di sofa. Istilahnya PW (posisi wuenak). Lah ini juga kasus yang sama. Anak saya tidak melakukan apa-apa dan dianggap salah. Tidak melakukan apa-apa itu ternyata punya nilai juga ya? Bisa benar bisa salah. Bisa baik bisa buruk.
***
Kita diberi waktu 24 jam sehari. Sama untuk setiap manusia. Tapi kenapa ada yang pandai, menguasai banyak ilmu, sebaliknya ada juga yang jahil, tetap bodoh tanpa ilmu yang berarti? Kenapa ada yang ahli memperbaiki mobil, tapi ada juga yang membuka kap mesin saja tidak tahu caranya? Mengapa ada yang ahli memelihara burung, ada juga yang tidak bisa membedakan mana jalak mana perkutut? Ini menurut saya adalah bagaimana manusia mempergunakan 24 jam waktunya.
Orang yang mefokuskan diri ke satu bidang, dia akan ahli di bidang tersebut melebihi orang lain. Jika dianggap potensi kemampuan manusia sama, maka jumlah jam terbang sangat berpengaruh. Anggap orang berbakat sama, maka yang latihan bulu tangkis 3 jam sehari akan menang melawan orang yang latihan hanya sebulan sekali. Make sense.
Saya pernah membaca ada seorang profesor di Amerika yang sudah menulis 50 buku. Ketika ditanya bagaimana dia bisa menulis 50 buku di sela-sela kegiatannya yang padat, dia menjawab: “Bagilah waktumu dalam menit, bukan dalam jam.” Artinya, ketika ada waktu 5 menit, dia akan gunakan itu untuk menulis. Jika untuk menulis dia harus menunggu mempunyai waktu luang 1 jam maka dia tidak akan pernah menulis. Karena mempunya waktu luang 1 jam itu hampir tidak mungkin baginya. Kegiatannya sangat padat.
Ketika 10 menit menunggu kereta, dia menulis. Ketika berada di perjalanan, dia menulis. Ketika menunggu rapat yang belum dimulai, dia menulis walau hanya 5 menit. Maka ketika dijumlahkan, hasilnya sangat mentakjubkan.
Saya? Satu buku pun belum pernah. Walau waktu saya juga 24 jam sehari.
Seorang motivator pernah mengatakan, jika anda menulis setengah halaman setiap hari, dalam satu tahun anda sudah menulis 180 halaman. Itu sudah bisa menjadi satu buku. Alangkah produktifnya kalau setiap tahun bisa menulis satu buku.
Boleh dikatakan dengan kalimat lain:
Anda tergantung bagaimana anda memakai waktu luang anda. Ada banyak orang sebenarnya yang punya banyak waktu luang, tapi menggunakannya untuk bermalas-malasan. Tidak belajar atau mengerjakan apa pun. Ini “tidak mengerjakan apa-apa” yang salah. Tapi ada yang menggunakan waktu luangnya untuk senantiasa mengerjakan sesuatu yang produktif. Atau setidaknya untuk belajar dan meningkatkan kemampuan diri.
Takutnya nanti di akhirat kita ditanya Allah swt: “Aku sudah memberikan waktu padamu. Engkau pakai apa waktumu?” Sungguh, waktu adalah modal kita.
#Anda adalah waktu luang anda
Pamulang, Agustus 2018
One thought on “Saya Tidak Ngapa-ngapain Kok”