Senin pagi awal pekan Sudah menumpuk pekerjaan Menunggu diselesaikan Padahal penat masih bergelayutan Betapa indah liburan Ingin rasanya terus bersantaian Wahai, andai engkau tahu Para penderita sakit Memandang iri padamu Yang bisa bergegas bangkit Dengan tubuh sehat tanpa pilu Betapa mereka ingin sepertimu Bisa menjalankan tugas Meretas waktu Tak ada batas Sakit dan sendu
***
Sakit itu tidak enak. Perlu lebih diyakinkan? SAKIT ITU TIDAK ENAK!!!!
***
Kala itu mungkin ada rasa kesombongan dalam diri saya ketika saya sehat. Terakhir masuk rumah sakit sekitar tiga puluh tahun lalu. Dioperasi usus buntu. Setelah itu tidak pernah masuk rumah sakit – oke, kecuali mengantar atau menjenguk seseorang. Juga tidak pernah ke dokter.
Karenanya, mungkin ada menyelinap rasa kesombongan dalam diri. Melihat orang lain mengeluh panjang pendek mengenai sakit mereka bukan membuat saya simpati. Tapi malah membuat saya meremehkannya, meski tidak saya utarakan. “Sakit begitu saja sudah mengeluh ke semua orang seakan orang paling menderita se dunia. Tabah dikit, napa”, demikian kata saya dalam hati.
Dan banyak keluhan sakit pada teman-teman dan saudara-saudara sekitar saya. Dari yang kolesterol, darah tinggi, asam urat, diabetes, bahkan sampai kanker dan jantung.
Sementara saya selalu sehat selama ini. Kalau pun sakit paling hanya flu. Yang tidak saya pedulikan sangat. Minum obat pun tidak. Dan akan sembuh dengan sendirinya tanpa diapa-apain.
Makanan juga tidak pernah berpantang. Makan gorengan tiap hari. Jeroan sikat Bleh. Daging oke. Junk food dilahap saja.
Begitu ujub (takjub, kagum) saya pada diri sendiri. Orang lain sedikit makan emping, asam urat naik. Minum sedikit manis, diabetes melonjak. Makan jeroan, tensi melambung. Sementara saya menikmati semua itu dengan hasil cek darah semua normal.
***
Sampai satu saat saya sakit tidak bisa kencing. Satu hari yang sangat menyiksa. Dibawa ke rumah sakit dalam kondisi jalanan macet. Ugh… , meliuk-liuk saya di mobil menahan sakit. “Aduh, ini kapan sampainya..,” tiap saat saya bertanya dalam hati. Karena memang sakit yang tidak tertahan.
Akhirnya sampai juga di RS dan langsung dipasang kateter. Diperiksa ternyata prostat saya membengkak menjadi 5x ukuran normal. Vonis berat. Apalagi test PSA (Prostate Specific Antigen) menunjukkan angka 35. Normalnya di bawah 4. PSA adalah angka yang menunjukkan tanda-tanda kanker prostat. Jadi selain terjadi pembengkakan, disinyalir juga ada kanker di prostat saya. Shocking news.
Diputuskan operasi TURP dan biopsi. Bagi yang tidak akrab dengan istilah kedokteran, TURP itu Transurethral resection of the prostate, yaitu operasi tanpa bedah, hanya memakai alat semacam kateter yang dimasukkan ke tubuh. Kemudian mengerat atau mengerok prostat sedikit demi sedikit dan disedot keluar tubuh lewat kateter tadi. TURP itu mengurangi ukuran prostat dari bagian dalam prostat.
Biopsi adalah mengambil sampel prostat dari bagian luar. Kemudian sampel itu akan diperiksa di laboratorium untuk menentukan apakah kanker atau tidak.
Memang di rumah sakit tidak lama, hanya 4 hari sudah boleh pulang. Tapi setelahnya masa pemulihan saya tergolong lama. Orang lain dalam 2 hari kencing sudah tidak berdarah, sementara saya sampai 2 pekan kencing masih mengandung darah. Orang lain dalam 1 pekan sudah bisa mengontrol kencing, saya sampai 2 pekan masih harus pakai diapers alias popok dewasa karena masih belum bisa mengontrol kencing. Anak saya berkomentar: “Abi kayak bayi, pakai popok terus…” Grrhhh….
***
Sekarang istri saya bertindak sebagai bu polisi yang strict.
“Minum obatnya dulu”
“Tomatnya dimakan, harus dihabisin”
“Jangan makan krupuk” (uf, padahal krupuk sudah mau dipegang lho)
“Makan bawang putih nih”
“Jangan makan daging merah” (apa dia tidak tahu kalau rendang itu enak, ya?)
Makan dijaga, tidak boleh ini dan itu yang enak. Harus banyak makan yang tidak enak. Minum air putih banyak-banyak. Tidak boleh tidur terlalu malam. Dan lain-lain. Wuih, ada waskat nih.
***
Sudah saatnya meninggalkan kesombongan diri. Saya sama dengan teman-teman dan saudara-saudara saya yang lain. Ada penyakit yang harus senantiasa dijaga agar tidak lebih parah. Kalau mereka punya asam urat, kolesterol, diabetes, dll, saya punya masalah prostat dan “intaian” kanker prostat. Faktor U tidak bisa ditipu. Kesehatan itu penting dan harus ada usaha dan pengorbanan untuk meraihnya.
Selamat tinggal gorengan pinggir jalan…. Hiks…. ☹
Depok, Januari 2017