Jangan Menolong ?

JanganMenolong

Sepasang suami istri sedang bercengkerama dalam mobil mereka di kawasan Kelapa Gading, Jakarta. Mobil berjalan pelan dikendarai suami. Di depan mereka ada sebuah mobil dengan penumpang tunggal seorang ibu setengah baya, juga berjalan santai. Satu motor datang dari belakang menyalip mobil suami istri tersebut, kemudian berjalan sejajar dengan mobil sang ibu di depan mereka. Pengendara motor berteriak: “Ibu, ada asap di knalpot. Berhenti bu, periksa dulu. Nanti kebakar lho”, sambil menunjuk-nunjuk knalpot sang ibu. Kemudian motor berlalu meninggalkan mobil.

Suami istri di belakang melihat bahwa knalpot mobil di depan mereka baik-baik saja, tidak ada asap maupun api. Maka mereka tahu bahwa pengendara motor berbohong. Kemungkinan ini jebakan dan teman-temannya sudah menunggu di depan kalau ibu itu berhenti.

Sang suami mempercepat mobilnya mensejajari mobil sang ibu. Dia menurunkan kaca mobil dan berteriak: “Ibu, jangan berhenti. Terus saja. Tidak ada asap apa-apa kok. Terus saja, jangan berhenti”. Sambil tangannya mengisyaratkan sang ibu untuk terus melaju. Setelah itu sang suami mempercepat kendaraan meninggalkan mobil ibu tersebut.

Tidak disangka-sangka dari belakang muncul lima sepeda motor, masing-masing berpenumpang dua orang. Kelima motor tersebut mengejar mobil suami istri itu. Kemudian lima orang pembonceng mengeluarkan kapak dan sambil terus berjalan memecahkan kaca-kaca mobil suami istri itu. Juga badan mobil tidak luput dari serangan kapak mereka hingga penyok-penyok dan berlobang di sana sini. Untung mereka tidak berani berlama-lama dan segera kabur setelah melakukan hal itu. Tidak ada koran jiwa, tetapi menimbulkan kerugian material yang berarti bagi kedua suami istri. Di samping keterkejutan yang sangat dan ketakutan yang menghantui mereka. Inilah akibat memberitahu dan mencegah tindak kejahatan pada orang lain. Jadi, apakah membantu orang lain itu salah?

*****

Di jalan Fatmawati ada tempat-tempat agak gelap tanpa penerangan lampu cukup di malam hari. Sebuah mobil sedang putar balik di sana. Otomatis kecepatan mobil melambat sampai menjadi sangat pelan. Tiba-tiba ada seseorang terhuyung-huyung dan jatuh di depan mobil. Mengira orang tersebut sedang sakit dan membutuhkan pertolongan, pengemudi turun hendak menolong membawanya ke rumah sakit. Di saat demikian ada enam orang keluar dari kegelapan dan menodong sang penolong dengan senjata tajam. Dan orang yang terjatuh tadi segera berdiri lagi dan membantu keenam penodong. Alhasil dompet, HP, dan laptop di mobil dibawa kabur mereka. Rupanya orang yang jatuh tadi hanya berpura-pura dan merupakan skenario mereka.

Sekali lagi, apakah salah membantu seseorang di jaman ini?

*****

Kriminal seperti ini membuat ngeri masyarakat. Lebih jauh, kriminal ini membuat masyarakat kehilangan semangat dan kemauan menolong orang lain. Jiwa menolong terkikis sedikit demi sedikit dengan cerita-cerita kriminal macam ini. “Jangan-jangan dengan semangat mau menolong, saya akan mencelakakan diri sendiri”, demikian opini masyarakat yang makin lama makin kuat mengakar.

Alangkah sedihnya ketika suka menolong sudah hilang dari jiwa penduduk Indonesia.

Maka gotong royong hanya akan menjadi sejarah.
Tolong menolong hanyalah sebuah kisah.
Mental masyarakat terjangkit sakit parah.
Jiwa resah gelisah.
Tidak tahu lagi mana benar mana salah.
Menolong orang hanya akan mengundang masalah.
Jangan kau tolong, kau akan kena getah

Aku aku, kamu kamu.
Jangan campuri urusanku
Dan takkan kucampuri urusanmu
Ego bicara, nurani membisu
Duhai, kemana perginya kalbu?

Kalau ditanya saya juga tidak tahu bagaimana mengatasinya. Kecuali minta pak polisi untuk lebih menambah jam kerja patrolinya dan menolong mengatasi kriminal di jalanan.

Mari bertanya pada diri sendiri. Ketika kita melihat orang terkena tindak kriminal, beranikah kita membantu? Siapkah dikeroyok sekelompok preman? Siapkah celaka karena menolong orang? Karena pelaku kejahatan sekarang tidak pernah sendirian. Selalu berkelompok lima enam orang. Dan selalu membawa senjata tajam. Bahkan bukan mustahil senjata api pun tak ketinggalan. Oh, Indonesia, kemana perginya rasa aman?

Depok, April 2014

2 thoughts on “Jangan Menolong ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *