Selasa, 23 Januari 2018 kami berkendara di parkiran Mall Tangerang City. Dari samping mall kami bergerak ke depan. Mendekati pintu depan tiba-tiba banyak orang berlarian keluar dengan muka panik ketakutan. Sampai mobil kami harus berhenti karena banyaknya orang yang keluar mall dan menghalangi jalan. Mereka semua melihat ke arah mall dengan mimik wajah ketakutan. Kami di mobil ikut ketakutan, mengira ada teroris di dalam mall yang menembaki para pengunjung. Ketika kami tanyakan ke satpam penjaga, ternyata barusan ada gempa. Sangat terasa di dalam mall. Sampai semua orang berlarian keluar. Sedang kami di mobil sama sekali tidak merasa.
Setelah suasana agak mereda, kami berhasil keluar ke tempat bayar parkir. Di sana penjaga juga bercerita dia melihat mall bergoyang karena gempa. Sangat mengerikan. Padahal banyak orang di dalam. “Oh, begitu?” kata kami dengan mulut melongo.
***
Kejadian di atas menyadarkan saya ada banyak hal besar yang tidak saya sadari sedang berlangsung di sekitar. Mungkin gempa ini pertanda bumi sudah tua dan sebentar lagi pensiun. Mungkin kiamat sudah sangat dekat. Atau mungkin hanya pergeseran kerak bumi yang selalu terjadi. Bila kita bandingkan permukaan bumi sekarang dengan 100 juta tahun lalu akan tampak jauh berbeda. Ini kata ilmuwan, lho. Saya hanya ikut-ikut mereka saja.
Bagaimana pun, banyak kejadian besar di dunia yang luput dari pengamatan kita. Seperti kami di mobil yang berjalan dan sama sekali tidak merasakan gempa berkekuatan 6.1 skala Richter. Sementara orang-orang di mall 50 meter dari kami sudah sangat ketakutan dan berebut berlarian keluar.
***
Banyak bahaya yang sama sekali tidak kita ketahui. Ada kalanya kita sama sekali tidak tahu, ada kalanya kita tahu tapi tidak mengerti bahwa itu berbahaya.
Yang pertama adalah semacam gempa itu. Kami di mobil sama sekali tidak merasakan. Santai saja ketika akan melewati depan mall. Bahkan bermaksud parkir di basement. Ketika ada banyak orang ketakutan keluar dari mall, baru kami waspada. Apa ada teroris di dalam mall? Menembaki orang semaunya? Atau ada bom siap diledakkan? Ketika bertanya ke satpam, baru kami ngeh bahwa barusan ada gempa keras menggoyang bangunan.
Kasus kedua adalah seperti anak kecil yang bermain dengan pisau tajam. Dia tidak tahu bahayanya bermain dengan pisau. Orang tua seharusnya memberitahu bahwa itu berbahaya.
Atau seperti anak muda main kebut-kebutan di jalan. Mereka tidak merasa itu berbahaya. Bahkan merasakan kesenangan memuncak. Orang tua atau kalau perlu polisi dibutuhkan untuk memberitahu mereka. Bahwa itu berbahaya bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tapi juga bagi orang lain.
Ada sebuah kejadian di Yogya seorang bocah SMP mengemudikan motor Ninja. Tanpa Surat Ijin Mengemudi tentu saja, karena umur belum mencukupi. Sudah gitu, ngebut lagi. Di tikungan dia tidak bisa mengendalikan motor, dan menabrak seorang mahasiswi yang juga naik motor dari arah berlawanan. Keduanya meninggal di tempat. Jadi siapa bilang ngebut itu “hanya” membahayakan diri sendiri?
Ini juga seperi kasus remaja kecanduan narkoba. Mereka mengatakan ini uang uang ane sendiri, badan badan ane sendiri, kenapa ente ribut?
Mereka tidak melihat bahaya yang lebih besar. Ya, ente memboroskan uang ente sendiri, ente merusak badan ente sendiri. Tapi tahukah bahwa jika banyak pemuda memakai narkoba maka negara akan bangkrut? Pencandu narkoba tidak bisa belajar dengan tekun. Akibatnya ilmu pengetahuan negeri akan makin tertinggal. Pemuda terkena narkoba tidak mau dan tidak bisa bekerja keras. Maunya hanya berkhayal dan bermimpi. Maka negara akan makin terpuruk. Siapa mau bekerja keras memajukan negara?
Pemuda terkena narkoba menjadi konsumtif, bukan produktif. Maka negara akan terus dijajah secara ekonomi oleh bangsa lain. Dan menurut dokter, penyakit yang masa inkubasinya lama, penyembuhannya juga akan lama. Ya, akibat narkoba tidak serta merta dilihat secara nasional. Akibat akan dirasa sedikit demi sedikit dalam kurun waktu lama. Yang akhirnya akan terpuruk dan makin terpuruk. Tapi karena masa inkubasi yang lama, penyembuhan juga akan sangat lama. Narkoba adalah penyakit badan sekaligus mental. Badan rusak akibat narkoba, lemah dan penyakitan. Sekaligus mental rusak karenanya, menjadi pemalas, tidak mau bekerja keras apalagi berpikir keras. Akan butuh dana besar dan waktu panjang untuk penyembuhan fisik, dan lebih banyak lagi dana dan waktu diperlukan untuk penyembuhan mental.
Ada banyak bahaya yang berada di sekililing yang kita tidak sadar. Ada solusi? Sudah waktunya kita memilih teman yang mau meluruskan kesalahan kita. Walau itu terasa pahit di dada. Daripada nantinya tertimbun bangunan runtuh, mendingan mendengar nasehat untuk menjauhi mall.
Sahabat adalah orang yang mau memberikan peringatan ketika ‘something will likely go wrong’. Ada banyak macamnya. Bisa peringatan mengenai kesehatan (“jangan makan banyak gorengan”), ada mengenai bisnis (“perjanjian ini kayaknya bisa merugikan”), pendidikan (“harus belajar ilmu psikologi anak”), hukum (“bayar pajak jangan telat”), dan lain-lain. Kita perlu seseorang yang akan memberi kita early warning dalam banyak bidang kehidupan. Bila mendapatkan seseorang seperti itu, pegang erat-erat, jangan dilepas.
Seseorang itu tergantung bagaimana sahabatnya. Maka hendaknya engkau perhatikan dengan siapa engkau bersahabat. (Al Hadits)
Pamulang, Pebruari 2018
One thought on “Gempa Tak Terasa”