Berkurban Setiap Hari

Ada dua hari raya umat Islam. Pertama adalah Idul Fitri, tempatnya setelah Ramadhan. Di Indonesia sering disebut sebagai lebaran. Yang kedua Idul Adha, bertepatan dengan ibadah haji. Di Indonesia sering disebut lebaran haji.

Ada bentuk pengulangan ketika orang mengatakan “Selamat Hari Raya Iedul Adha”. Karena ied berarti hari raya. Jadi cukup dengan menyebut “Selamat Idul Adha” atau “Selamat Hari Raya Adha”.

Idul Adha disebut juga Hari Raya Kurban karena di saat itu umat  Islam berkurban binatang sembelihan. Cukup lumayan merogoh kocek ketika seseorang harus mengeluarkan 3 sampai 4 juta rupiah untuk kurban. Maka saya selalu terkagum-kagum mendengar cerita ada orang yang kehidupannya pas-pasan kalau tidak boleh disebut berkekurangan, berani berkurban di Idul Adha. Buat mereka, uang sebesar itu bukanlah sedikit. Mereka perlu menabung tiap hari selama setahun untuk mencukupi harga seekor kambing. Mereka berkurban keringat, tenaga, bekerja lebih keras untuk dapat membeli hewan di saat kurban. Mengapa mereka mau melakukan itu? Padahal mereka sangat membutuhkan setiap rupiah untuk mencukupi kehidupan keluarga? Jawabannya, demi tujuan mulia menggapai ridho Illahi.

Dipikir lebih jauh, ketika anak-anak belajar, mereka mengorbankan kesenangan mereka bermain dan bersantai. Mereka ingin mendapatkan hasil nilai yang baik. Inilah tujuan mulia mereka, inilah pengorbanan anak-anak kita.

Seorang ibu rumah tangga berkorban pikiran, tenaga, dan waktu luang mereka agar rumah terlihat bersih, rapi, dan lebih sehat. Ini pengorbanan para ibu yang patut diacungi jempol.

Seorang ayah bekerja keluar rumah mencari nafkah. Ada yang memeras tenaga menjadi buruh bangunan. Ada yang belepotan oli menjadi montir mobil atau motor. Ada yang berpanas-panas berjualan di pasar. Mengapa mereka mau melakukan itu semua? Demi ingin mensejahterakan keluarga. Tepuk tangan untuk para ayah. Mengorbankan kesenangan berleha-leha dan menempuh jalan kesulitan untuk tujuan mulia.

Dan hakekat berkorban adalah memberikan sesuatu untuk mendapatkan hal yang lebih baik. Di bidang agama, seperti sudah disebut di atas, para mudhohi (pekurban) menyembelih hewan ternak untuk meraih ridho Ilahi.

Di bidang kesehatan, saat ini para ahli kesehatan bekerja siang malam di laboratorium untuk menghasilkan vaksin penangkal Covid-19. Para perawat dan dokter mengorbankan tenaga dengan penuh dedikasi merawat pasien agar kesehatan masyarakat terjaga.

Di bidang lain, para peneliti komputer bekerja sama menghasilkan satu produk canggih. Apakah mereka tidak berkorban? Saya percaya pasti berkorban banyak. Di balik setiap sesuatu yang mengagumkan pasti ada pengorbanan besar bertahun bahkan berpuluh tahun sebelumnya. Bayangan sesuatu yang lebih baik mengatasi semua susah payah dalam pengorbanan.

Kenapa para pejuang kemerdekaan mau berkeringat, terluka, sampai gugur ketika merebut kemerdekaan? Karena bayangan kedaulatan rakyat sangatlah menggiurkan dan mencekam benak mereka. Pengorbanan besar mereka lakukan demi masa depan anak cucu yang lebih baik.

Bagi yang mau merenungkan lebih dalam makna kurban, dia akan menemukan bahwa berkorban adalah sesuatu yang niscaya adanya. Meninggalkan kesenangan demi mewujudkan hal yang lebih mulia.

Dan pengorbanan dapat dilakukan setiap hari, setiap saat. Memang tidak dilarang menikmati kesenangan. Siapa yang dapat melarang anda duduk dua jam di depan televisi menonton hiburan? Tapi seseorang yang dapat meninggalkan kesenangan demi mewujudkan mimpi mulia akan mencapai sesuatu yang lebih baik di masa depan.

Kita memang harus punya mimpi. Tapi kemudian perlu bangun dan bekerja keras mewujudkan mimpi itu. Dengan pengorbanan setiap hari. Dan seperti juga berkurban, semakin banyak dan semakin besar anda berkorban, semakin baik hasil yang akan anda dapatkan. Masuk akal?

Pamulang, Agustus 2020

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *