Bersaudara

Bersaudara itu enak ga enak. Apa boleh buat. Tuhan menciptakan diriku dengan saudara-saudara yang seperti sekarang ini. Kalau boleh memilih, mungkin saya memilih jadi saudaranya Raja Saudi. Dapat subsidi dengan ongkang-ongkang kaki.

Saudara-saudara saya, seperti juga manusia pada umumnya, sangat bervariasi. Ada kaya, ada miskin. Ada pendidikan tinggi mencuat, ada SD pun tak tamat. Ada yang tinggal di kota, ada yang di desa. Ada pejabat ada rakyat.

Perbedaan juga mengenai sifat. Ada yang intelektual, suka menganalisa hal-hal sulit, ada yang easy going, tidak ingin berumit rumit. Ada pendukung partai A, ada pendukung partai B. Ada yang mengedepankan rasa, ada yang memprioritaskan logika. Ada yang pemalu, ada yang malu-maluin.

Perbedaan dengan teman adalah kita tidak bisa memilih saudara, tapi kita bisa dan wajib memilih teman. Apa pun bentuk, sifat, keadaan saudara harus kita terima. Tidak boleh kita putuskan tali silaturahim kepada saudara.

Kalau teman ada istilah bekas teman, misal bekas teman SMA, bekas teman sekantor, bekas tetangga. Bahkan ada bekas istri dan bekas suami. Tapi tidak ada bekas ayah ataupun bekas ibu. Tak pernah ada bekas adik, bekas kakak, bekas paman, bekas bibi, bekas sepupu. Untuk saudara tidak ada kata bekas saudara.

Maka filosofi landak dipakai. Saat dingin, mereka merapat satu sama lain untuk saling menghangatkan. Kadang saling tertusuk duri dari saudara di dekatnya. Tapi mereka bertahan tetap berdekatan karena jika berjauhan akan menderita kedinginan.

Lihatlah singa. Ketika mendapat mangsa, mereka berbagi dengan saudara-saudaranya. Tidaklah singa makan sendirian. Biarpun itu membuat mereka tidak kenyang.

Lihatlah burung belibis. Mereka terbang selalu dalam posisi V. Di ujung depan ada pemimpin perjalanan saat itu. Pemimpin ini menerjang angin paling keras. Tapi itu membuat yang lain terbang lebih ringan, berlindung di balik pemimpin. Bergantian mereka menjadi pemimpin perjalanan, dan itu membuat mereka dapat terbang lebih jauh, lebih lama.

If you want to go fast, walk alone.
If you want to go far, walk together.

Tapi Allah swt menciptakan saudara dan membekalinya dengan cinta. Ini yang tidak ada di pertemanan. Ada sebuah cerita menarik yang saya ambil dari salah satu artikel. Cerita yang saya rasa sangat masuk akal.

Ada sebuah sumur tua. Sumur ini terkenal angker. Jika ada orang menurunkan timba untuk mengambil air, sering timba tersebut serasa ada yang menarik. Hingga kadang terlepas dari tangan. Akhirnya kepala desa mengumumkan sayembara. Siapa yang berani mengusir jin penunggu sumur akan diberi hadiah.

Hanya ada satu pemuda yang sanggup. Dia akan turun dengan tali, dengan syarat tali dipegang oleh orang-orang kuat, dan salah satunya adalah kakaknya yang tinggal di lain desa. Kepala desa merasa sedikit aneh. Bukankah orang-orang desa sudah cukup kuat? Meskipun demikian, dia menyetujui syarat itu.

Pada hari yang ditentukan, pemuda itu menuruni sumur dengan tali. Tali dipegang oleh orang-orang kuat, dan juga oleh kakaknya yang dipanggil dari desa sebelah. Di dekat dasar sumur, pemuda itu menemukan seekor monyet yang terperangkap tidak bisa keluar sumur. Inilah yang sering menarik timba orang-orang desa. Maka dia menolong monyet itu untuk keluar.

Sesampainya di bibir sumur, monyet tersebut tiba-tiba melompat keluar dengan teriakan keras, mendahului sang pemuda. Semua orang kaget dan ketakutan karena di benak mereka ada jin penunggu sumur yang marah. Mereka melepaskan tali yang dipegang dan lari menjauh. Kecuali si kakak yang selalu memikirkan adiknya. Maka selamatlah sang adik. Jika tidak ada kakaknya, dia akan terhempas ke dasar sumur dan kemungkinan besar terbentur-bentur dinding sumur. Maka tahulah orang-orang mengapa pemuda itu mempunyai syarat kakaknya harus termasuk dalam barisan pemegang tali.

Meskipun cinta, saudara juga harus saling mengingatkan, saling memberi nasehat. Bahkan terkadang dengan nasehat keras. Misal orang tua kepada anak. Sering orang tua jaman dahulu menghukum anak dengan keras jika anak melakukan kesalahan. Tapi tetap peribahasa “Tego larane, ora tego patine” berlaku. Betapa pun marahnya orang tua ke anak, dia tidak akan tega untuk menghukum anaknya sampai meninggal. Atau sengsara yang teramat sangat. Jika anak menderita, pasti pikiran orang tua tertuju ke anak. Maka betapa pun anak durhaka, kembalilah ke orang tua. Mereka akan memaafkan. Hati akan luluh. Demikian juga ke saudara lain. Jangan pernah memutus tali silaturahim. Percayalah, betapa pun besar kesalahan anda, saudara anda siap untuk memaafkan.

Ringkasan

Saudara seperti manusia umumnya, bervariasi keadaannya. Saudara tidak bisa kita pilih. Harus kita terima apa adanya. Tapi seiring dengan itu, saudara dibekali cinta. Sehingga merekalah yang paling memberi perhatian kepada kita. Tidak boleh memutus tali silaturahim dengan saudara.

Teman juga bervariasi. Tapi kita harus memilih teman. Teman yang mengajak ke kebaikan kita dekati. Sedang yang mengajak ke keburukan kita tinggalkan. Teman tidak dibekali cinta. Maka hati-hati berteman. Bahkan banyak yang berpameo politik: Tidak ada teman abadi. Sekarang teman besok lawan. Sekarang lawan besok teman.

Pamulang, awal Juli 2018

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *