Penipuan di SPBU

Oleh: Bambang Santoso

Anak saya sedang mengisi bahan bakar di salah satu SPBU. Sendirian, pulang dari kantor. Kaca jendela dibuka lebar untuk mendapatkan angin sore sepoi sepoi.

Seorang bapak mendekatinya dari arah sopir. Dia berkata: “Dik, tolong saya. Saya kecopetan, dompet dan hp hilang. Ingin pulang ke Jawa Timur tapi tidak ada ongkos. Ini saya mau jual jam tangan saja, harga beli tiga juta.”

Dia menunjukkan kuitansi pembelian seharga tiga juta rupiah untuk jam tangan. Juga memperlihatkan jam tangan yang sedang dipakainya. Memang jam terlihat baru, keren, kuat, dan bagus.

Bapak tersebut melanjutkan: “Ayolah, dik. Tolong saya. Beli jam ini tiga juta saja, sesuai harga beli.”

Anak saya menolak. “Maaf, pak. Saya tidak berminat.”

Bapak itu terus mendesak: “Ya, tidak usah tiga juta lah. Dua setengah juta juga ga apa-apa.”

Anak saya tetap menolak: “Tidak, pak. Saya tidak bawa duit segitu.”

Bapak itu terus mendesak dan terus menurunkan harga jam tangannya. Entah karena kasihan, atau karena risih didesak terus, atau karena kena dihipnotis, anak saya akhirnya membeli jam tersebut seharga delapan ratus lima puluh ribu rupiah. Belinya pakai transfer karena tidak membawa uang tunai sebanyak itu.

Bapak itu berkata: “Wah, ini sebenarnya saya rugi banyak. Tapi daripada tidak bisa pulang, saya relakan dengan harga segitu.”

Jual beli terjadi. Jam berpindah tangan. Bapak itu pergi, anak saya juga pulang ke rumah.

Sampai di rumah, anak saya googling harga jam yang baru dibelinya. Harganya ternyata hanya seratus ribu rupiah. Alamak, jauh benar dengan kuitansi yang tiga juta.

Nasi sudah digoreng, tak bisa lagi kembali menjadi putih. Apa boleh buat, dunia sudah ditakdirkan berbentuk bulat. Penyesalan datang kemudian, kalau duluan namanya awalan.

Tapi kemudian ada pertimbangan lebih dalam. Mana yang didahulukan: uang atau kemanusiaan? Menggenggam erat uang dan tak mau menolong itu menghilangkan kemanusiaan. Menolong manusia penipu, timbullah penyesalan. Di samping kerugian yang sebenarnya tidak perlu. Dan mendidik manusia untuk mencari uang dengan cara tak halal.

Pertentangan kedua hal ini masih terus ada di hati. Berkelindan dan saling ingin menguasai.

Tangerang Selatan, 1 Maret 2024.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *