Oleh: Bambang Santoso
Kami bertujuh dari Indonesia, enam lelaki dan satu wanita, baru saja mendarat di Kuala Lumpur, Malaysia. Dari Kuala Lumpur International Airport, kami mengambil bis ke Terminal Bersepadu Selatan (TBS), terminal bis terbesar di Kuala Lumpur.
Antri untuk membeli karcis bis dari TBS ke Terengganu. Dapat jadwal bis berangkat pukul 14:00. Masih tujuh jam perjalanan naik bis ke Terengganu. Terbayang panjangnya perjalanan yang akan kami tempuh. Dengan tubuh yang sudah letih karena menyeret-nyeret tas besar bawaan.
Sekarang masih jam 12:50. Ada waktu setidaknya satu jam sebelum keberangkatan bis. Lebih baik shalat dulu sebelum berangkat.
Maka kami rombongan Indonesia (enam lelaki, yang perempuan sedang berhalangan) pergi ke surau yang ada di TBS. Di Malaysia tidak ada musholla, adanya surau. Beberapa orang terlihat tidur-tiduran di surau. Tapi karena sudah pukul 13:00, saya pikir mereka sudah shalat zhuhur.
Berenam kami berwudhu, kemudian shalat berjamaah Zhuhur diqoshor, sekaligus Asar juga diqoshor. Namanya juga musafir. Saya jadi imam karena dianggap paling tua.
Selesai sholat, kami ditegur oleh seseorang. Dia katakan: “Tadi shalat apa? Ini belum masuk waktu shalat Zhuhur”.
Kami lihat waktu, sudah pukul 13:20.
“Zhuhur di sini jam berapa?” saya bertanya.
“Pukul 13:30,” jawabnya.
Owa….
Ternyata waktunya beda jauh dengan Indonesia. Di Indonesia jam 12:10 sudah zhuhur. Di Kuala Lumpur jam segitu masih boleh shalat Dhuha.
Duhai, betapa malunya kami. Terutama saya yang jadi imam.
Akhirnya kami duduk menunggu waktu Zhuhur. Dan shalat lagi bersama mereka.
Mungkin ini ciri orang bertaqwa ya? Shalat Zhuhur 2 kali, shalat Asar 2 kali. Hahaha…..
Moral:
Malu bertanya sesat di waktu.
Pelancong di negeri jiran.
Kuala Lumpur, 18 Februari 2024