Pengalaman Ber-Omicron

Rabu dengan tanggal bagus 2/2/2022, badan rasanya demam. Suhu tidak tinggi benar, saya cek sekitar 38,6. Kamis masih demikian. Jumat pagi masih demam dan malah bertambah dengan batuk. Saya curiga ini Covid Omicron yang sedang merebak.

Jumat pagi jam 10:00 ke Lab Klinik Kimia Farma Tiara, Jl. Siliwangi Pamulang. Berniat test PCR di sana. Ditolak karena kuota pagi sudah habis. Ternyata Lab ini teramat penuh, terutama untuk pasien yang mau test Antigen dan PCR. Pagi dilayani 08:00-12:00. Sore dari pukul 15:00-17:00.

Ditolak pagi, pantang mundur datang lagi Jumat sore. Mengantri untuk mendaftar, dan mengantri lagi untuk diswap PCR. Hanya satu orang yang melayani padahal pasien mengular. Dari jam 15:00 menunggu, baru diswap dua jam kemudian. Hasil keluar setelah 26 jam atau pukul 19:00 hari Sabtu. Berarti besok malam harus datang lagi ke sini.

Sabtu malam dapat hasil PCR. Positif. Entah Omicron entah Delta, soalnya tidak disebutkan di hasil lab.

HasilPCR2

Hasil Ct Gen di bawah 40 adalah positif. Hasil saya Ct Gen ORF1b 22 dan Ct Gen RdRP 24.

Catatan:

Sejauh saya google, ORF1b adalah sampel dari mulut (kerongkongan) dan RdRP adalah sampel dari nasofaring (hidung dalam).

Saya tanya ke pegawainya: Apakah ada hubungan lab ini ke Kemenkes?

Jawaban: Tidak ada.

Wah, ternyata tidak ada hubungan. Saya pernah membaca ada konsultasi dokter gratis dan obat gratis bagi pasien Covid-19 kalau lab terhubung menjadi rekanan Kemenkes. Habislah harapan mendapat obat gratis.

Saya google lagi untuk mencari tahu lab yang menjadi rekanan Kemenkes. Lha wong ada obat gratis kok tidak dimanfaatkan, begitu bukan? Akhirnya ketemu Labkesda di Tangsel adalah rekanan Kemenkes. Rencana mau ke sana. Tapi sayangnya Sabtu dan Ahad Labkesda tutup.

Ahad tenggorokan menjadi sakit. Wah, kok gejala nambah nih.

Googling lagi mengenai panduan mendapatkan layanan isoman gratis dari Kemenkes. Di panduan itu diminta memeriksa website https://isoman.kemkes.go.id/. Langsung tak berlama-lama saya buka web tersebut.

Ada fasilitas cek NIK. Jika NIK anda terdaftar berarti layak mendapatkan konsultasi dokter gratis dan obat gratis. Saya masukkan NIK saya, website mengatakan “NIK tersebut layak mendapatkan layanan isoman”.

Di samping web site tersebut, kita juga dapat melihat aplikasi PeduliLindungi di HP kita. Pilih menu Covid-19 Test Result. Jika anda terdaftar positif, anda berhak mendapat layanan gratis. Syaratnya, periksa PCR di laboratorium rekanan Kemenkes. Ternyata Kimia Farma termasuk rekanan Kemenkes.Pegawainya saja yang tidak tahu. 🙁

Saya ikuti prosedurnya dengan teliti. Ternyata harus menghubungi salah satu provider telemedicine untuk konsultasi kesehatan jarak jauh. Memakai kode voucher ISOMAN untuk konsultasi gratis. Ada banyak layanan telemedicine, boleh memilih yang mana saja. Saya memilih AloDokter. Bukan apa-apa, karena semua tidak ada yang saya kenal. Jadi pakai hitung kancing dan sepenuh perasaan saja. Pilih provider lain pun akan sama.

AloDokter

Install aplikasi AloDokter di HP. Daftar sebagai pengguna baru, pilih password, masukkan alamat dan seterusnya standar pendaftaran pengguna baru. Kemudian memilih menu Konsultasi Dokter. Pilih salah satu dokter yang sedang online saat itu. Untuk menu pembayaran, masukkan kode voucher.Gratis. Beres.

Tulis keluhan dan kirim. Langsung dijawab AloDokter: “Silakan menunggu jawaban dari dokter dalam waktu 5 menit.”

Catatan:

AloDokter hanya menerima chat lewat tulisan. Tidak ada fitur bicara (lisan) dengan dokter.

Menunggu 5 menit belum  ada jawaban. Sepuluh menit belum ada. Lima belas menit belum ada juga. Komplain ke AloDokter dengan mengatakan: “Katanya 5 menit. Ini 15 menit belum dijawab.”.

Baru 20 menit kemudian ibu Dokter menjawab. Dia meminta hasil PCR dan screenshot WA dari Kemenkes dilampirkan. Saya kirimkan hasil PCR, tapi untuk WA Kemenkes saya katakan tidak menerima. Kemudian dia meminta NIK saya. Saya langsung berikan tanpa pikir panjang. Dia cek di website Kemenkes dan dia nyatakan saya layak mendapat layanan konsultasi gratis. Plong. Kemudian dia melanjutkan:

  1. Silakan isi biodata lengkap.
  2. Isi questioner (Ke luar negeri? Pernah kena Covid? Sudah divaksin? Dst).
  3. Tuliskan alamat pengiriman obat lengkap.

Selesai mengisi ketiganya, Dokter kemudian menjelaskan: “Untuk peresepan obat untuk isoman dari Kemenkes dianjurkan pasien yang melakukan isoman adalah pasien yang berusia > 18 tahun dan usia < 45 tahun. Pada pasien yang usia > 45 tahun tetap disarankan untuk melakukan isolasi di rumah sakit agar dapat dimonitor langsung oleh nakes.”

Dilanjutkan: “Jika tetap  ingin melakukan isoman dengan gejala Covid ringan, maka diingatkan untuk rutin memonitor dan memperhatikan gejala. Apabila terdapat perburukan maka segera ke UGD terdekat ya.”

Kemudian dituliskan obat-obat yang akan diresepkan beserta keterangan obat, kontraindikasi, dan lainnya. (termasuk: obat tidak boleh dikonsumsi oleh orang hamil. Lah, sudah jelas tertulis di biodata bahwa saya laki-laki…)

Tidak berapa lama dapat tulisan resep di email. Wah, bakal dapat obat gratis nih.

Resep3

Menunggu sehari obat tidak datang. Hari kedua belum juga datang. Saya baca lagi panduan Kemenkes untuk paket isoman. Oh, ternyata resep harus dimasukkan ke website isoman.kemenkes.go.id/pesan_obat. Weladhalah.

Saya masukkan data-data saya, alamat, resep obat dari AloDokter, kirim. Sistem memberikan nomor pelacakan (tracking). Status: “menunggu konfirmasi”.

Besok siangnya, jam 12:00 saya cek status menjadi: “sedang diproses”. Hore sudah berubah.

Siang jam 13:30 status berubah menjadi “pengiriman”. Hore, berarti diproses. Berturut-turut status di proses pengiriman ini berubah. Hm, hari itu saya mendapat satu pencerahan baru. Bahwa ternyata perubahan adalah sesuatu yang ditunggu-tunggu.

StatusPengiriman

ObatKemenkes2

Akhirnya penantian berakhir. Saya dapat obat gratis dari Kemenkes. Alhamdulillah. Salut buat Kemenkes. Bravo.

Tangerang Selatan, Februari 2022

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *